Senin, 13 April 2009

Iman Bartimeus

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya – Markus 10:46 – 52

Bartimeus mempunyai tingkat iman yang lebih tinggi. Ia berani ”mengusik” Tuhan Yesus yang sedang dalam perjalanan. Ia berani berteriak-teriak dengan keras untuk menarik perhatian Tuhan Yesus. Ketika semua orang menyuruhnya diam, ia justru semakin keras berteriak.

Kalau sepuluh orang kusta punya ”iman gabungan” untuk datang kepada Yesus, maka Bartimeus punya iman untuk ”berjuang sorang diri”. Kalau satu orang kusta punya iman yang lebih tinggi dari sepuluh orang kusta sehingga berani datang sendirian ke hadapan Yesus, maka Bartimeus lebih lagi. Ia memang tidak datang kepada Yesus karena ia buta. Tetapi ia berteriak untuk menarik perhatian Yesus. Tidak hanya itu, ia berteriak sedemikian rupa sehingga orang-orang di sekitarnya mulai merasa terganggu. Orang-orang di sekitarnya mungkin kurang percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan Bertimeus. Atau mungkin juga percaya, tetapi mereka kurang care. Akibatnya, justru mereka yang menjadi penghalang untuk kesembuhan Bartimeus.

Pernahkah anda mengalami hal seperti itu? Anda punya iman untuk sesuatu tetapi lingkungan anda tidak mendukung anda. Tidak hanya itu, lingkungan anda, teman-teman anda, saudara seiman dan orang-orang terdekat malah menghalangi iman anda untuk meraih apa yang Tuhan janjikan. Bartimeus mengalaminya. Ia harus berjuang melawan keadaan di sekitarnya sebelum akhirnya Tuhan Yesus memanggilnya dan bertanya, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"

Wauw...! Pernahkah anda berdoa sedemikian rupa sehingga Tuhan datang dan bertanya, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Salomo pernah mengalami hal ini ketika ia mempersembahkan korban yang tidak terhingga banyaknya.

Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu. – I Raja-raja 3:4,5

Bartimeus tidak punya uang cukup banyak untuk mempersembahkan korban seperti yang dilakukan Salomo, tetapi ia berdoa begitu rupa sehingga Tuhan bertanya "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?". Ada satu level iman tertentu yang menerobos semua hambatan di sekitarnya dan melaju dengan pesat ke hadapan Tuhan dan meraih apa yang Ia janjikan. Orang-orang seperti Bartimeus pada akhirnya memperoleh apa yang mereka inginkan dari Tuhan walaupun pada awalnya mereka mungkin dianggap ekstrim, ”sudah di luar batas” atau keterlaluan. Mereka harus menghadapi pandangan apatis atau ketidakpercayaan dari teman-teman dekatnya sendiri sebelum akhirnya memperoleh apa yang Tuhan janjikan.

Diperlukan ketekunan menghadapi banyak rintangan sebelum pada akhirnya kita mendapat apa yang Tuhan janjikan bagi setiap orang percaya.

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. – Ibrani 10:35, 36

Kamis, 05 Maret 2009

Iman Satu Orang Yang Sakit Kusta

Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. - Matius 8:1-3

Di Alkitab, ada tercatat 10 orang yang sakit kusta disembuhkan oleh Tuhan Yesus, tetapi ada juga 1 orang kusta yang disembuhkan dengan cara yang berbeda. Sepuluh orang kusta disembuhkan ketika mereka dengan taat mengikuti perintah Yesus untuk memperlihatkan diri mereka kepada para imam. Di tengah jalan mereka menjadi tahir, sembuh dari kustanya. Mereka sembuh tanpa disentuh oleh tangan Tuhan Yesus, sementara satu orang kusta di bagian lain disembuhkan karena disentuh oleh Tuhan Yesus sambil berkata "Aku mau, jadilah engkau tahir."

Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. – Lukas 17:12-14

Ke-10 orang kusta ini mempunyai iman secara bersama-sama (corporate faith). Jika dipisahkan, belum tentu masing-masing mempunyai cukup iman untuk datang kepada Yesus meminta supaya disembuhkan.

Sementara itu di bagian lain, ada 1 orang yang sakit kusta, yang mempunyai level iman yang lebih tinggi karena ia berani datang sendirian, menerobos kerumunan orang banyak - yang tentunya membutuhkan keberanian yang lebih tinggi – untuk bertemu dengan Tuhan Yesus.

Iman itu mengandung resiko. Semakin besar resiko yang akan dihadapi, semakin besar iman yang dibutuhkan. Satu orang yang sakit kusta ini mempunyai level iman yang lebih tinggi dari ke-10 orang kusta lainnya karena resiko yang harus ia hadapi lebih besar. Ia seorang diri – tidak bersama-sama dengan yang lain - harus menghadapi resiko banyak orang yang akan marah karena ia berada di tengah kerumunan orang banyak. Itu merupakan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku bagi penderita kusta pada masa itu.

Bagaimana dengan anda? Apakah anda cukup punya iman seperti orang kusta ini? Ia mampu menerobos orang banyak, melawan tradisi dan aturan yang berlaku saat itu karena ia yakin bahwa ia bisa disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Ia punya iman bahwa Tuhan Yesus bisa mentahirkannya, bisa menyembuhkannya.

Ada satu lagu yang sering dinyanyikan di gereja yang bagian reffrain-nya sebagai berikut...

Dia sanggup…. Yesus sanggup
Melakukan perkara yang besar
Dia sanggup... Yesus sanggup...
Memulihkan yang terluka
Menyembuhkan yang mend’rita
Dia sanggup memulihkan hidupku

Satu orang kusta ini punya iman bahwa Tuhan Yesus sanggup memulihkannya, mentahirkannya, menyembuhkannya. Hanya saja, ia tidak punya cukup iman bahwa Tuhan Yesus juga MAU MENYEMBUHKANNYA. Itu sebabnya ia berkata, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Ini juga satu level iman.

Seringkali kita cukup punya iman bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kita percaya bahwa Allah sanggup melakukan perkara yang besar. Kita percaya bahwa Tuhan mampu menolong kita, tetapi ..... ternyata kita tidak cukup punya iman bahwa Ia juga MAU menolong kita. Melalui renungan Firman Tuhan, ketika kita mengizinkan Roh Kudus mengajar kita, maka kita bisa meningkat dari level iman tertentu ke level iman berikutnya. Kita bisa percaya, bahwa Ia tidak hanya sanggup, tetapi Ia juga MAU menolong kita.

Kamis, 19 Februari 2009

Tingkatan Iman – Kisah Sepuluh Orang Kusta

Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman." – Roma 1:17

For therein is the righteousness of God revealed from faith to faith: as it is written, The just shall live by faith. – KJV

Orang yang dibenarkan karena iman, karena percaya kepada Tuhan Yesus, ditakdirkan untuk hidup dengan iman. Tidak hanya itu, tetapi dari iman kepada iman, from faith to faith. Dari iman yang satu bergerak kepada iman yang lain.

Di Alkitab sendiri, kita bisa melihat berbagai macam tingkatan atau level iman. Sebagai contoh pertama, kita bisa melihat iman yang dimiliki oleh 10 orang kusta.

Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau. – Lukas 17:12 – 19

Mereka semua sakit kusta dan karenanya tidak boleh tinggal dengan orang-orang normal. Mereka harus tinggal agak jauh kalau berpapasan dengan orang lain. Tetapi yang luar biasa, mereka percaya bahwa Tuhan Yesus dapat mentahirkan mereka. Mereka percaya Tuhan Yesus dapat menyembuhkan mereka. Itulah sebabnya mereka datang bersama-sama kepada Yesus, tetapi tidak berani dekat-dekat. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanlah kami!”

Kenapa mereka berteriak? Karena mereka berdiri agak jauh dari Yesus. Mereka percaya bahwa Tuhan Yesus bisa menyembuhkan mereka, tetapi mereka juga tahu peraturan yang berlaku saat itu bagi orang kusta, yaitu tidak boleh berada dekat-dekat dengan orang lain. Bahkan, kalau berpapasan dengan orang lain, mereka harus menyingkir dan berseru: “Najis, najis!” agar yang lain tahu bahwa mereka adalah orang kusta. Pada zaman Musa, mereka harus tinggal di luar perkemahan. Intinya, mereka tidak boleh bercampur-baur dengan orang-orang lain yang tidak kena kusta.

Jadi, mereka hanya bisa berdiri agak jauh dari Yesus dan berteriak. Mereka punya iman untuk disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Itu sebabnya mereka datang kepadaNya. Tetapi imannya tidak cukup besar untuk datang sendirian. Mereka datang bersama-sama sehingga lebih berani dibandingkan dengan jika datang sendirian.

Iman itu mengandung resiko. Karena itu, level iman akan menentukan seberapa jauh kita bisa mengambil resiko tersebut dan seberapa jauh kita berani melangkah. Jika iman kita rasanya tidak nyampe, kita bisa cari teman yang lain yang kira-kira mau sepakat dengan kita sehingga kita bisa “maju bersama-sama”. Seperti 10 orang kusta tsb, mereka bersama-sama datang kepada Tuhan Yesus sehingga cukup berani melawan rasa malu dan aturan yang berlaku untuk bisa muncul di depan Yesus. Itu bukan hal yang mudah, karena Tuhan Yesus sudah terkenal dan banyak orang yang ada di sekitarnya. Jadi, mereka perlu keberanian untuk bisa muncul di dekat Yesus dan menarik perhatianNya.

Bagaimana dengan anda? Adakah sesuatu yang anda inginkan dan doakan tetapi rasanya level iman anda tidak nyampe? Anda perlu cari beberapa teman yang mau sepakat dengan anda dan berdoa bersama atau datang dalam suatu kebaktian untuk bisa memperoleh corporate faith dalam kebaktian tersebut.

Dalam banyak kejadian, orang-orang sembuh karena datang di kebaktian kesembuhan ilahi di mana atmosfir iman begitu kuat. Kalau kita datang dengan agak ragupun, ketika Firman Tuhan diberitakan dan pujian penyembahan dinaikkan, maka ada corporate faith yang akan menarik kuasa Tuhan sehingga mujzat terjadi.

Itulah yang dialami salah seorang kusta tersebut yang adalah seorang Samaria. Mungkin ia tidak punya cukup iman untuk datang sendirian kepada Yesus, karena ia seorang Samaria. Ia merasa tidak layak. Itu sebabnya ketika ia sembuh, segera ia kembali kepada Yesus dan tersungkur di hadapan kakiNya. Ia tahu ia tidak punya cukup iman, ia cuma nebeng dengan yang lainnya tetapi ia sembuh.

Jika anda punya sedikit iman, tidak cukup besar, carilah lingkungan yang bisa membuat iman anda berkembang. Bergaullah dengan mereka yang sudah terbiasa menggunakan imannya untuk perkara sehari-hari. Datanglah ke kebaktian di mana Firman Tuhan diberitakan. Tontonlah video atau televisi di mana Firman Tuhan diberitakan dan kuasa Tuhan dinyatakan. Dengarlah kaset, cd kotbah hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan dalam hal iman. Ada banyak raksasa rohani yang telah bertahun-tahun dibentuk oleh Tuhan. Ketika mereka menyampaikan Firman Tuhan dalam suatu event, atmosfir iman yang terbentuk akan sangat kuat sehingga mujizat dengan mudah terjadi.

Senin, 16 Februari 2009

Ukuran Iman

Dari ayat-ayat berikut ini kita dapat melihat bahwa iman itu mempunyai ukuran.

Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. – Roma 12:3

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita (according to the proportion of faith = sesuai ukuran iman, terjemahan KJV). – Roma 12:6

sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, … - I Korintus 13:2b

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." – Matius 15:28

Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. – Matius 8:10

Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. - Matius 17:20

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" – Lukas 17:5

Jadi, ada yang disebut dengan iman yang sempurna, iman yang besar, dan iman sebesar biji sesawi. Semuanya menyangkut tentang ukuran iman. Kepada kita masing-masing sudah ada ukuran atau takaran iman tertentu yang diberikan Tuhan kepada kita masing-masing. Tinggal kita memeliharanya dan mengembangkannya sehingga iman kita bisa bertumbuh.

Selasa, 10 Februari 2009

Iman Sebagai Bahan Dasar

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. – Ibrani 11:1

Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen. – Terjemahan KJV

Faith makes us sure of what we hope for and gives us proof of what we cannot see. – Terjemahan CEV


Iman adalah bahan dasar (substance) untuk segala sesuatu yang kita harapkan, dan sebagai bukti segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kalau panca indera kita bisa melihat, mendengar, mencium, mengecap dan merasa sesuatu yang ril dan merupakan bukti sah bahwa sesuatu itu ada atau nyata, maka iman adalah bukti untuk sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera kita. Iman menerima sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh indera kita sebagai sesuatu yang nyata.

Iman juga merupakan substansi, bahan dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan. Jika kita ingin kesembuhan, bahan dasarnya adalah iman. Jika kita ingin kelimpahan, bahan dasarnya adalah iman. Jika kita ingin sesuatu, maka bahan dasarnya adalah iman.

Jika kita berdoa untuk kesembuhan misalnya, mungkin tubuh kita masih sakit dan indera kita menyatakannya demikian, tetapi iman kita mengatakan bahwa oleh bilur-bilurNya kita sudah sembuh.

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. – I Petrus 2:24

Rentang waktu antara iman kita yang percaya bahwa kita sudah sembuh sampai pada akhirnya indera kita setuju dengan hal tersebut merupakan medan pertempuran yang membutuhkan ketekunan. Abraham percaya pada janji Tuhan dan pada saat itu Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran. Tapi sampai janjiNya terealisasi dibutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." - Roma 4:3

Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. – Kejadian 15:5,6

Sejak saat itu, sudah dipastikan bahwa Abraham akan punya banyak keturunan walaupun untuk realisasinya butuh waktu lama dan melalui masa-masa yang sukar bahkan mustahil. Tapi apa yang Tuhan janjikan tetap terjadi sebab sudah ada substansinya, sudah ada bahan dasarnya, yaitu iman.

Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. - Roma 4:19-22

Apakah yang anda sedang doakan? Adakah yang sedang anda harapkan? Apakah anda sudah mempunyai bahan dasarnya? Apakah anda sudah mendapat iman untuk hal tersebut? Sekalipun panca indera anda mengatakan tidak ada dan otak anda mengatakan tidak mungkin, keadaan dan lingkungan juga tidak mendukung, jika anda sudah mendapat bahan dasarnya, jika anda sudah mendapat iman untuk hal tersebut, maka hanya soal waktu dan ketekunan untuk realisasinya.

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. - Ibrani 10:36

Senin, 02 Februari 2009

Berkenan Kepada Allah

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. - Ibrani 11:6

Ada tiga orang yang tercatat di Alkitab yang hidupnya berkenan kepada Allah. Yang pertama adalah Henokh.

Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah. - Ibrani 11:5

Henokh hidup bergaul dengan Allah, dan karena iman maka ia tidak mengalami kematian. Ia memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah.

Orang kedua adalah Daud, raja yang diurapi, pemazmur yang disenangi di Israel.

Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. - Kisah Rasul 13:22

Daud berkenan kepada Tuhan sehingga namanya tetap disebutkan di Perjanjian Baru. Bahkan, Tuhan Yesus disebut sebagai "Anak Daud".

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham - Matius 1:1

Orang ketiga adalah Tuhan Yesus sendiri seperti yang tercatat di banyak ayat, di antaranya:

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." - Matius 3:16,17

Selanjutnya, apakah tidak ada orang lain? Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga bisa berkenan kepadaNya? Kalau bisa, bagaimana caranya? Alkitab berkata, tanpa iman tidak mungkin kita bisa berkenan kepadaNya. Artinya, dengan iman kita bisa berkenan kepada Dia. Jika kita ingin hidup kita berkenan kepadaNya, maka tidak ada cara lain kecuali melalui iman.

Alkitab juga berkata bahwa nothing is impossible with God, tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. - Lukas 1:37

Jadi, kalau tidak ada yang mustahil bagi Allah dan kemudian Ia berkata bahwa tanpa iman tidak mungkin bisa berkenan kepadaNya, maka artinya iman mutlak diperlukan untuk bisa berkenan kepada Dia.

Dengan kata lain, kalau kita mau hidup kita berkenan kepadaNya, menyenangkan Dia, maka kita harus selalu menggunakan iman. Bukan air mata kita, bukan doa kita, bahkan bukan perbuatan baik kita yang membuat kita berkenan kepada Dia, tetapi iman kita yang membuat kita bisa berkenan kepadaNya.

Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." - Ibrani 10:38

Jika kita undur dari kehidupan iman kita, Alkitab berkata bahwa Tuhan tidak berkenan. Bahkan, kesungguhan kita berdoa siang dan malam tetapi dilakukan tanpa iman, maka hasilnya tidak ada. Allah mau menjawab doa kita, Allah mau menolong kita, tetapi iman kita yang akan menjadi saluran kuasaNya, saluran pertolonganNya.

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? - Lukas 18:7,8

Biasakan untuk menggunakan iman kita dalam kehidupan sehari-hari. Biasakan berdoa, memperkatakan janjiNya dalam kehidupan kita. Paksa pikiran kita untuk setuju dengan Firman Tuhan. Taklukkan semua pikiran negatif untuk tunduk kepada Firman Tuhan. Jadikan Firman Tuhan sebagai kata akhir. Dokter bisa berkata tidak ada harapan, ahli ekonomi bisa berkata tidak ada jalan keluar, tetapi Tuhan bisa membuat jalan saat tidak ada jalan. Pada waktu kita bersikap seperti itu, pada waktu kita berkata-kata sesuai dengan Firman Tuhan, maka Tuhan disenangkan. Dengan iman, kita bisa berkenan kepada Dia.

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah - Yeremia 17:7,8